Welcome To Palembang
“Niew, mamah bade ka Palembang meser rencangna kanggo emam...”
Itu adalah kalimat yang sering diucapkan oleh mamah saya. Arti kalimat tersebut dalam bahasa Indonesia adalah : “Niew, mamah mau ke Palembang membeli bahan lauk untuk makan”.

Mamah sering mengucapkan kalimat itu jika sedang berkunjung ke rumah saya yang di Bogor. Maksud mamah saya ini sebenarnya bukan mau ke Palembang yang ada di Pulau Sumatera. Tapi maksudnya adalah mau ke warung di komplek perumahan tempat saya tinggal. Dimana pemilik warung ini adalah orang Palembang asli. Jadi secara tidak sadar kami, saya dan mamah, jika akan belanja ke warung tersebut, selalu menyebut warung itu dengan nama “Palembang”.

Disuatu sore, dimana saya tidak ada kerjaan, alias baru pulang kerja. Tiba-tiba saya merasa ingin makan Pempek Palembang. Tapi karena hujan deras sore itu, saya tidak bisa membeli pempek yang sudah terbayang lezatnya di lidah. Alhasil saya, hanya bisa merencanakan, untuk membeli keesokan harinya, jika itu juga tidak hujan.

Saya tidak pernah memiliki niat untuk jalan-jalan ke Kota Palembang. Namun entah kenapa, tiba-tiba saja  rasanya ingin terbang ke Kota Palembang. Alhamdulillah ada rejekinya juga, bukan kebetulan lagi, hehe. Dan secara mendadak saya membeli tiket murah dengan tujuan Palembang. Kebetulan sebelumnya saya pernah membeli tiket promo ke Makassar di suatu aplikasi perjalanan. Sehingga ketika saya membeli tiket ke Palembang, saya mendapatkan potongan harga.

Jumat sore, saya terbang ke Palembang. Seperti biasa, jadi ga perlu izin atau cuti kerja. Saya tiba di Palembang aga malam. Karena pesawatnya delay. Kebetulan di Palembang ada teman, sehingga dari bandara Mahmud Badaruddin II, saya dibantu diantarkan menuju ke Pusat Kota Palembang.

Selama di Palembang, saya hanya mengunjungi tempat-tempat yang tidak terlalu jauh dari pusat Kota. Niatnya sih mau jalan-jalan ala-ala Backpacker lagi , hehe.  Ketika saya berada di Palembang, saya tidak menyangka bahwa kemacetan kendaraan disana lebih parah dari pada tempat tinggal saya di Bogor. Hal ini disebabkan karena sedang dibangun Jalur LRT dari arah Bandara ke Stadion Jakabaring. Jadi lalulintas disana agak terganggu. Tapi itu bukanlah suatu masalah. Toh saya masih bisa jalan-jalan alias berjalan kaki di seputaran Kota Palembang.

Waktu saya di Kota Palembang terbatas, hanya 2 hari saja. Yah, karena mendadak tanpa perencanaan. Bisa dibilang saya aga “impulsif” alias berbuat tiba-tiba mengikuti kata hati tanpa berfikir panjang. Mungkin, karena ada dorongan ingin berpetualang melihat tempat baru kali ya. Atau sekedar ingin melihat awan di langit dari pesawat udara, entahlah. Hehe....

Selama di Kota Palembang hanya beberapa tempat yang saya kunjungi. Disana saya mengunjungi Monpera Sumbagsel (Monumen Perjuangan Rakyat Sumatersa Bagian Selatan), Jembatan Ampera, Mesjid Agung Palembang dan Mesjid Chenghoo, Benteng Kuto Besak dan Sungai Musi. Tadinya sih ingin mengunjungi Stadion Jakabaring dan Taman Hutan Wisata Punti Ayu. Namun karena melihat kemacetan kendaraan di Kota Palembang sangat parah,  jadi hanya mengunjungi tempat-tempat yang dekat saja yang bisa dijangkau dengan berjalan kaki.

Jembatan Ampera

Benteng Kuto Besak

Museum Sultan Mahmud Badarussin II

Sungai Musi

Monumen Perjuangan Rakyat Palembang

Mesjid Chengoo

Di Kota Palembang saya juga sempat mencoba kuliner khas sana. Saya menyempatkan mencicipi Pempek, yang merupakan makanan khas Palembang. Sebenarnya di Bogor juga banyak, Cuma ya gitu deh... pengan coba makan langsung di tempat asalnya pempek dilahirkan, hehe. Saya mencicipi pempek yang kata orang-orang di medsos merupakan  salah satu yang terenak di Kota Palembang, yaitu Pempek Vico. Setelah menyantapnya, memang terbukti Pempek Vico rasanya uueennaaak tenan, hehe.

Makan Pempek Live In Palembang

Makanan lain yang tidak ada di tempat asal saya adalah martabak Har. Menurut saya martabak ini rasanya unik.  Martabak ini mirip martabak telor yang ada disini (Bogor) hanya isinya benar-benar telor tanpa bawang ataupun daging cingcang. Martabak ini enak dimakan dengan kuah kari. Rasa kuahnya enak, mirip kuah sate padang. Untuk sarapan pagi sangat mengenyangkan dengan hanya makan martabak ini saja.

Menikmati Martabak Telor alias Martabak Har untuk pertama kalinya

Karena waktunya singkat, jadi petualangan saya selama di Kota Palembang juga tidak terlalu banyak. Tapi meskipun demikian, saya bersyukur karena bisa menginjakan kaki ke Kota Palembang, dimana Palembang merupakan kota tua bersejarah tempat kerjaan Sriwijaya di masa lalu pernah berjaya.


Jika direnungkan, saya dengan mamah sering mengatakan “warung” dengan kata “Palembang”. Dan ternyata saya jadi bisa benar-benar pergi ke Palembang. Mungkin, jika kita menginginkan sesuatu kita harus sering-sering mengucapkannya. Karena kita tidak tahu, bisa jadi apa yang kita ucapkan baik itu serius atau bercanda, malaikat akan meng”Aamiin”kan dan Allah mengabulkan untuk kita. So... banyak-banyaklah mengucapkan sesuatu yang baik-baik, bercanda juga yang baik-baik, karena bisa jadi suatu saat apa yang kita ucapkan bisa menjadi kenyataan. Keep Dreamin, but must Realistic (ciyeee.. mudah-mudahan bener nulisnya, hihihi)