Waspadai Demam dan Hilang Nafsu Makan Pada Kucing
“Phow, kamu memang cuma seekor kucing, tapi
bagi saya kamu adalah kucing yang istimewa”
Phow, seekor kucing Persia yang lucu dan menggemaskan.
Selalu menghibur dengan tingkahnya. Sekarang Phow sudah tiada. Phow meninggal
dunia, pada hari kamis, tanggal 23 februari 2017, pukul 01.35 dini hari.
Walaupun hanya 16 bulan bersama Phow, tapi kenangan bersama Phow, sangat
membekas di hati.
Biasanya saya tidak terlalu khawatir jika kucing saya,
demam (agak panas) atau tidak mau makan. Tidak khawatir disini bukan berarti
saya membiarkan. Phow sebelumnya pernah sakit demam, ketika masih kecil
(berumur 6 bulanan). Dia diam saja, dan tidak mau makan. Saya tidak langusng
membawanya ke dokter hewan, tapi saya memberi sedikit paracetamol dan larutan
madu. Saya memberi obat manusia dan madu setelah saya membaca di internet, informasi pengalaman para cat lover dalam mengobati kucingnya sebelum membawa ke dokter hewan.
Alhamdulillah dua hari kemudian, Phow sehat lagi dan nafsu makannya banyak
lagi.
Kurang lebih dua minggu yang lalu badan Phow demam, dan
tidak nafsu makan, saya tidak mengira ini merupakan gejala bahwa Phow akan
pergi untuk selamanya, alias meninggal dunia. Hiks... Ternyata upaya yang saya
lakukan seperti waktu Phow masih kecil, tidak berhasil kali ini.
Kronologis
Kematian Phow.
Sebelum saya pulang ke bandung, pada hari jumat tanggal
17 februari 2017, Phow masih baik-baik saja, lincah dan makannya masih gembul.
Sebelumnya pada hari kamis malam, saya tiba-tiba mengkhawatirkan kucing saya,
ketika saya sedang browsing informasi beasiswa S2 di internet.
Sempat terfikir, jika saya nanti kuliah lagi dan harus
pergi dari Bogor, siapa yang akan merawat kedua kucing saya ini? Saya tidak mau
merepotkan orang tua atau saudara untuk merawat kucing ini. Rasa sayang dan
perhatian dalam memelihara kucing mereka pasti akan berbeda dengan saya. Dan
saya juga tidak mungkin memberikan kedua kucing saya kepada orang lain juga jika saya pergi meninggalkan Bogor. Saya
sangat menyayangi kedua kucing itu. Itu adalah selintas lamunan saya akan kehidupan kucing-kucing saya, jika saya
tidak bisa merawat mereka lagi.
Pada malam itu, Phow dan Phiu masih tidur seperti biasa
di kamar. Pagi harinya seperti biasa membangunkan saya, karena ingin buang air.
Saya langung memindahkan ke tempat yang ada pasir untuk kotoran kucing. Karena
saya akan pergi ke Bandung selama dua hari, saya meninggalkan persedian makanan
untuk dua hari, supaya kedua kucing tidak kelaparan. Sambil mengelus mereka,
dihati saya berucap, Phow, Phiu sehat dan Panjang umur Yah, temanin saya
maksimal 16 tahun. Lalu saya pergi meninggalkan mereka menuju Bandung.
Dua hari kemudian, setelah dari Bandung dan tiba kembali
di Bogor. Phiu dan Phow masih sehat, dan aktif seperti biasa. Malamnya mereka
tidur di kamar saya juga. Dan subuh sepeti biasa membangunkan saya, namun
disini tubuh Phow agak panas. Kasur bekas Phow tidur juga terasa hangat.
Firasat sih gak enak, tapi saya punya keyakinan Phow baik-baik saja dan kalau Cuma
demam pasti sembuh lagi kok seperti dulu. Saya berniat menberikan obat
sementara setelah saya pulang kerja.
Ternyata Pagi itu Phow muntah, sekali di dapur sekali di
garasi, tapi saya tidak tahu. Namun saya menduga Phow muntah karena sebelumnya
saya melihat dia makan rumput. Jadi saya tidak terlalu khawatir juga, karena
dia memang sering makan rumput.
Di hari yang sama, setelah pulang kerja, saya langsung
mencari Phow untuk memberi obat, tapi Phow tidak ada. Saya pikir dia sedang
main keliling komplek, biasanya menjelang magrib suka pulang. Tapi setelah
magrib lewat, tidak seperti biasanya, Phow tidak pulang. Disini saya mulai
khawatir. Sampai jam 12 malam saya tunggu, Phow belum pulang juga.
Saya berharap pagi hari Phow sudah ada di depan Pintu
rumah, tapi ternyata tidak pulang juga. Saya putuskan pergi kerja seperti
biasa, dan pulang tidak terlalu sore untuk mencari Phow keliling komplek.
Kebetulan di rumah sedang ada orang tua berkunjung, menurut mereka Phow sempat
pulang dan pergi main lagi. Setelah pulang kerja, saya langsung umumkan di WhatApp grup tetangga, apakah ada yang
melihat Phow? Tiga orang tetangga ada yang melihat, disini saya mulai agak
tenang, karena Phow ada dan tidak hilang.
Meskipun demikian, saya tetap mencari Phow, dan menunggu
Phow pulang. Akhirnya di waktu Ashar Phow pulang, tampak lemas dan jalan
sempoyongan. Badannya panas dan kotor. Saya bersihkan Phow dengan memandikannya
dengan air hangat. Ketika memandikan Phow, tiba-tiba saya merasa sedih, saya
merasa Phow akan mati. Hati saya tidak karuan. Karena Phow tampak lemas dan diam saja ketika
dimandikan. Dia malah tertidur di lantai kamar mandi. Biasanya jika sedang
sehat, Phow tidak mau diam dan memanjat
badan saya. Tapi hari itu tampak lain. Sikapnya seperti kucing saya sebelumya
yang mati pada tahun 2007. Entah kenapa, selama memandikan Phow, hati rasanya
sedih sekali... dan tiba-tiba mata meneteskan air mata.
Phow tampak lemah, lalu saya keringkan dan saya selimuti
dengan handuk. Lalu saya beri dia setengah paracetamol yang dilalarutkan dalam
setengah gelas air hangat, dicampur madu
dan propolis. Lalu saya berikan beberapa mili ke mulutnya dengan pivet, dan
berharap Phow sembuh.
Saya juga sempat berdiskusi dengan tetangga saya lulusan
kedokteran hewan, sebaiknya diberi minum air atau diinfus di dokter hewan
supaya tidak dehdrasi karena tidak pulang ke rumah dua hari. Untuk diinfus tidak mungkin, karena malam itu
juga hujan deras, jadi saya suapi Phow dengan larutan kurma. Karena saya membaca
kurma ini baik untuk demam. Dan bisa menambah nafsu makan juga.
Ketika disuapi air kurma, Phow tidak menolak, dia
menelan semua larutan kurma yang saya berikan. Disini saya punya harapan, bahwa
Phow pasti akan sembuh. Jika besok pagi tidak sembuh, saya berniat untuk
membawanya ke Dokter Hewan.
Tapi entah kenapa, sikap Phow, sama percis seperti
kucing saya yang mati pada tahun 2007 lalu. Disini saya benar-benar takut.
Takut Phow mati. Saya sangat menyayangi Phow, saya tidak mau kehilangan Phow.
Pandangan mata phow tampak kosong, nafas nya berat dan panjang. Dia tidak mau
diselimuti handuk. Dia berjalan dan tiduran di lantai.
Tapi saya masukan kembali ke keranjang agar hangat.
Disini Phow sering menghela nafas panjang. Lalu saya memeluk Phow. Saya masih berdoa, berharap semoga Phow bisa
bertahan sampai besok pagi. Tapi hati kecil saya mengatakan Phow sepertinya
akan meninggal. Air mata saya tidak terbendung, terus menetes, karena melihat
Phow tampak kesakitan. Mungkin dia sedang mengalami sakaratul maut saat itu.
Meskipun Phow Cuma seekor kucing, saya berada disamping
Phow, membacakan surat Yasin, Al-fatihah dan kalimat dzikrullah yang lain,
dengan harapan Phow sembuh lagi, atau Phow tidak merasa kesakitan ketika sedang
menghadapi sakaratul maut. Dari magrib sampai dini hari saya temani Phow, saya
tidak bisa tidur malam itu.
Menjelang nyawa nya dicabut, anus Phow mengeluarkan
darah. Perih hati ini melihat Phow seperti itu, kemudian Phow mulai mengeong
keras, lalu muntah dan akhirnya Phow meninggal dunia tepat pukul 1.35 dini hari
di tanggal 23 februari. Hati ini sedih sekali. Saya tidak bisa menahan tangis.
Saya tdak menyangka Phow pergi begitu cepat. Padahal dua hari yang lalu masih
baik-baik saja.
Setelah Phow tidak bernyawa lagi, saya bungkus Phow
dengan kertas, lalu saya kuburkan di pekarangan depan rumah. Semoga jasad Phow
bisa menjadi sumber nutrisi untuk tanaman
yang ada di pekarangan. Dari tanah kembali menjadi tanah.
Selamat Jalan Phow, kamu sudah memberi kebahagian selama
16 bulan. Selamat jalan Phow, Allah mengambilmu kembali, mungkin karena saya tidak
akan selalu ada untuk mu Phow. Semoga
kamu bisa mnjadi saksi untuk saya di hadapan Allah ya Phow, bahwa saya sudah
merawatmu dari kecil dan sangat meyayangimu Phow. Meskipun kadang kamu suka
pipis atau buang air sembarangan jika saya tidak bangun tepat waktu.
Phow, sebagai kucing, kamu adalah rejeki terindah yang
saya dapat dari Allah. Kamu sudah rajin membangunkan saya untuk sholat subuh,
kamu menemani saya beraktivitas sehari-hari di rumah. Kamu selalu ada dan
memberikan suasana yang hangat di rumah. Mengibur jika saya sedang BT,
menghilangkan rasa takut dimalam hari, menepis sepim dan masih banyak lagi.
Kadang sedih dan air mata ini menetes jika ingat kamu
Phow. Dan Phiu, saudaramu si kuing kampung tidak ada yang menemani jika saya
sedang bekerja. Semoga kamu masuk surga ya Phow, dan kita bisa bertemu lagi. I Love
U and I Miss U... Phow... Rest In Peace.
Belajar dari pengalaman ini, untuk kedepannya, saya
harus lebih tanggap jika kucing saya sakit. Jangan sampai menganggap biasa jika
kucing demam atau tidak nafsu makan. Dan
saya harus menyisihkan uang lebih, untuk biaya berobat kucing, supaya jika
sakit bisa langsung dibawa ke dokter Hewan. Semoga ada rejekinya lagi... aamiin.
3 Comments
wahhh iya ya, harus di waspadai ini... makasih lho infonya... baru tahu saya...
ReplyDeletewww.kananta.com
sama sama
DeleteAda temanku juga yang saya banget ama kucingnya. Smoga kucingnya sellau sehat ya mba :)
ReplyDelete