Artikel Lomba Hari Pangan Sedunia 2015 diselenggarakan PERGIZI PANGAN Indonesia

Apa yang akan terjadi, jika di negara kita tidak ada petani?

               ...Tidak bisa menikmati sayur-sayuran dan buah-buahan yang dihasikan petani ...





...Akan terjadi krisis pangan, gizi buruk dan kelaparan ...





... Tidak akan bisa menikmati pemandangan Indah, hamparan sawah di pedesaan...




Itulah sebagian kecil gambaran yang bisa saya bayangkan , jika di negara kita tidak ada petani.
Siapakah yang menghasilkan pangan? jawabannya adalah petani. Petani adalah warga negara Indonesia baik perseorangan maupun beserta anggota keluarganya yang melakukan usaha tani dibidang pangan.

Kita patut bersyukur masih ada petani di Indonesia ini. Meskipun jumlahnya tidak banyak. Saat ini jumlah petani semakin berkurang. Hal ini disebabkan karena pertanian dianggap tidak menarik , beresiko tinggi dan kurang menguntungkan. Kepala Badan Pusat Statistik, Suryamin menyebutkan bahwa  Jumlah rumah tangga Usaha Tani di Indonesia turun 5.04 juta dari tahun 2003 sebesar 31,17 juta menjadi 26,13 juta di tahun 2013. Rata-rata penurunan sebesar 1,75% per tahun. Dari data statistik tersebut dapat diprediksikan jumlah petani  di tahun 2015 ini. Pasti lebih sedikit dari tahun 2013 bukan.? Jika dihitung,  jumlah petani tahun 2015 ini kurang lebih jumlahnya adalah 25,22 juta. Sangat sedikit sekali jika dibandingkan dengan penduduk Indonesia yang saat ini yaitu 255,5 juta jiwa. Petani kita jumlahnya hanya 9,87%. dari total jumlah penduduk.

Berdasarkan hal tersebut,, jumlah permintaan untuk memenuhi kebutuhan pangan  akan terus meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk.. Jika tidak ada petani sebagai penyedia Pangan dan Gizi, maka kita tidak akan bisa bertahan hidup. Mau makan apa tanpa petani? Uang banyak juga percuma, emas berlian, ataupun bahan tambang yang melimpah seperti batu bara atau minyak semua barang itu tidak bisa dimakan. Hanya pangan yang dihasilkan oleh petanilah yang bisa dimakan. Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama diatas itu semua.

Selain jumlah petani yang berkurang, luas lahan pertanian juga semakin berkurang. Alih fungsi lahan dari pertanian ke sektor lain seperti untuk pembangunan infrastruktur, industri, perumahan dan lain sebagainya menyebabkan lahan pertanian semakin sempit. Penyempitan areal pertanian akan berdampak pada oenurunan produksi pangan. Hal ini menjadi tugas kita bersama, khususnya pemerintah untuk dapat membuat kebijakan baru dengan inovasi teknologi bisa tetap meningkatkan produksi pertanian.

Tanpa ada pertanian, mungkin pangan tidak akan ada. Pangan adalah segala sesuatu yang bersumber dari hayati pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, temasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan pengolahan dan/atau pembuatan makanan atau minuman ( Undang-undang Pangan no 18 Tahun 2012 Bab I pasal I)

Produksi Pangan dalam negeri perlu dijaga. Jangan sampai negara kita yang digelari negara agraris dianggap tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan masyarakatnya. Mungkin akan ada yang berpendapat, tanpa petani ataupun jika produksi pangan kita rendah, impor saja. Bisa dengan impor, tapi kan asal pangan impor itu juga dari hasil kerja seorang petani yang ada diluar negeri. Jangan lupakan itu. Dan apakah kita mau bergantung kepada impor terus menerus. Bergantung pada impor akan dapat menganggi ketahanan pangan nasional kita. Karena pada akhirnya negara kita akan dipaksa mengikuti kebijakan dari negara yang memberi impor. Mau kah kita menjadi negara yang seperti itu? diatur oleh negara lain? menjadi negara yang tidak berdaulat pangan. Membayangkannya saja sudah membuat merinding. Kita akan menjadi negara yag dijajah karena pangan.

Dari hasil kerja petani dihasilkan Pangan dan Gizi yang penting untuk kelangsungan hidup kita. Gizi adalah zat atau senyawa yang terdapat dalam pangan, yang terdiri atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral,serat, dan komponen lain yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan kesehatan tubuh manusia. Pangan dan Gizi merupakan faktor penting dalam pembentukan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan investasi pembangunan. Rantai kemiskinan dan keterbelakangan dapat diputus melalui integrasi perbaikan pangan, gizi, kesehatan, pendidikan, peluang usaha dan peluang kerja yang baik guna mewujudkan bangsa yang sehat, cerdas dan kuat. (sumber: pergizi.org) 

Apa yang akan terjadi jika tidak ada petani yang menghasilkan pangan yang mengandung beragam gizi tersebut?... Yang akan terjadi adalah kita akan kekurangan gizi. Kekurangan gizi dapat menyebabkan berat badan bayi lahir rendah (BBLR) dan gangguan pertumbuhan. BBLR yang hidup biasanya terhambat pertumbuhannya dan akan mudah sakit pada masa kanak-kanak, remaja dan dewasanya. Dan wanita dewasa yang pertumbuhannya terhambat akan meneruskan "lingkaran setan" ini dengan melahirkan bayi-bayi yang BBLR. Hubungan antara kekurangan gizi pada masa kanak-kanak, termasuk pada masa pertumbuhan janin dan berkembangnya penyakit kronis pada masa dewasa seperti penyakit jantung koroner, diabetes dan tekanan darah tinggi. Petani Pejuang Pangan dan Gizi Bangsaku. Kalimat ini sangat tepat sekali. Petani mampu menyelamatkan kita semua dari kekurangan gizi. Karena merekalah penyedia pangan untuk kita.

Pangan merupakan salah satu syarat untuk manusia bisa bertahan hidup.  Jika pangan sebagai sumber makanan manusia tidak ada, maka manusia  lambat laun akan punah. Misal dari kekurangan gizi tadi, jika manusia menderita kekurangan gizi dalam bentuk kekurangan vitamin dan mineral secara terus menerus, maka akan mengakibatkan penyakit atau bahkan kematian. Namun kita  sebagai masyarakat non-petani tidak perlu khawatir. Karena sampai saat ini masih ada petani yang mau berjuang demi kelangsungan hidup kita. Petani Hidup dan Mati Bangsaku. Petani ada, maka kita akan terus hidup, dan jika petani tidak ada maka kita akan mati. 

Petani Tulang Punggung dan Gizi Bangsaku. Petani bukan hanya sebagai tulang punggung keluarga, tapi petani juga merupakan tulang punggung yang mendukung ketahanan pangan negara kita. Karena petani, bangsa Indonesia bisa menjadi bangsa yang kokoh dan kuat. Petani  tanpa lelah terus berjuang menghasilkan pangan, meskipun tantangan seperti perubahan iklim, serangan organisme penganggu tumbuhan serta wabah penyakit  hewan dan ikan , bencana alam, bencana sosial, pencemaran lingkungan, degradasi  sumber daya lahan dan air, kompetisi pemanfaatan  sumber daya produksi pangan, alih fungsi penggunaan lahan dan juga  disinsentif ekonomi selalu menghantui  mereka. Tanpa petani bangsa ini akan menjadi lemah, karena tidak ada tulang punggung yang mengokohkannya.

Memang sungguh besar jasa petani untuk kita semua. Dan sebagai bentuk penghargaan terhadap petani, dan juga dalam meningkatkan pemahaman dan kepedulian masyarakat dan para stakeholder terhadap penyediaan pangan yang cukup, bergizi baik bagi masyarakat Indonesia ataupun masyarakat dunia, setiap tahun pada tanggal 16 Oktober diperinganti sebagai Hari Pangan Sedunia (World Food Day).  Sejarah peringatan Hari Pangan Sedunia bermula dari konferensi Food and Agriculture Organization (FAO) ke 20, Bulan November di Roma yang memutuskan untuk dicetuskannya resolusi No.179 mengenai World Food Day (Hari Pangan Sedunia). Resolusi ini disepakati oleh 147 negara anggota FAO, dan menetapkan bahwa mulai tahun 1981 segenap negara anggota FAO , setiap tanggal 16 Oktober memperingati Hari Pangan Sedunia (HPS). Hari pangan sedunia bertujuan menambah kepedulian akan bahaya kelaparan dan kekurangan gizi serta untuk mendorong semua orang diseluruh dunia untuk mengambil tindakan mengakhiri kelaparan.
sumber: Google images




Sumber referensi:

pergizi.org/haripangan

Undang-undang Pangan No.18 Tahun 2012

http://bkpd.jabarprov.go.id/selamat-hari-pangan-sedunia-2014-family-farming-feeding-the-world-caring-for-the-earth/ ( 30 September 2015).

http://www.fao.org/3/a-y2735o.pdf (1 Oktober 2015)



http://finance.detik.com/read/2013/09/02/151830/2347057/4/dalam-10-tahun-jumlah-petani-ri-berkurang-16-jadi-2613-juta-keluarga  (4 oktober 2015)