Cerita Tentang Aku dan Gurame
Kedua orang tua saya termasuk penggemar masakan dari ikan gurame. Dulu, sebelum pensiun Bapak selalu mengajak kami sekeluarga makan gurame di rumah makan. Dari situ saya mengetahui bahwa kedua orang tua menyukai masakan dari ikan gurame.

Dengan tujuan menyenangkan kedua orangtua, saya memelihara ikan di rumah. Dengan memanfaatkan lahan yang sempit di belakang rumah, saya membuat kolam kecil dari semen dengan ukuran 4 m x 0,6 m x 0,5 m. Tujuan saya membuat kolam ini dalam rangka merealisasikan memiliki Rumah Pangan, jadi dirumah juga bisa menghasilkan sumber protein hewani untuk bisa dikonsumsi. Selain itu juga agar rumah lebih sejuk, karena ada kolam dengan gemercik suara air.



Karena pengetahuan yang terbatas tentang cara memelihara ikan. Beberapa kali ikan  yang saya pelihara mati. Pertama kali, kolam saya isi dengan 17 ekor  ikan gurame, 20  ekor ikan patin dan 20 ekor ikan nila. Dari semua ikan itu, ikan gurame mati 7 ekor, ikat patin mati 3 ekor dan ikan nila mati 15 ekor.

Saya penasaran dong, kenapa ikan saya bisa mati. Kemudian saya bertanya kepada teman yang ahli di bidang perikanan. Saya ungkapkan permasalahan saya. Dan setelah berkonsultasi, ternyata kesalahan saya adalah di penggunaan kolam semen. Ketika kolam semen sudah selesai dibuat, saya langsung isi dengan air, dua hari kemudian langsung diisi ikan. Ternyata yang saya lakukan itu adalah suatu kesalahan. Maklum, karena saya bukan ahli di bidang perikanan. Tapi saya dapat pelajaran berharga dari kesalahan saya ini.

Seharusnya yang benar adalah, kolam diisi air, didiamkan kurang lebih dua minggu, untuk menghilangkan efek kimia dari semen. Kemudian air dibuang, kolam dikeringkan. Nah setelah dikeringkan, supaya aman dan lebih alami, dinding kolam diolesi atau digosok dengan batang pohon pisang yang bergetah.

Yah karena nasi sudah menjadi bubur, mau gimana lagi. Tapi bubur masih bisa dimakan dengan ditaburi  irisan daging ayam… jadi bubur ayam deh.. (gak nyambung yee… haha). Iya intinya adalah, meskipun hal diatas tadi tidak sempat saya lakukan, karena terbatasnya tempat untuk memindahkan ikan yang masih bertahan hidup, solusinya adalah mengurangi volum air kolam sedikit demi sedikit, kemudian menggantinya dengan air baru. Alhamdulillah, sampai saat ini tidak ada lagi ikan yang mati. Sepertinya ikan-ikan yang saya pelihara sudah bisa beradaptasi didalam kolam semen.

Setelah dua bulan berlalu saya putuskan untuk menambah jumlah ikan gurame di dalam kolam semen itu. Kebetulan waktu itu ada bazar di pemda Kab Bogor, tepatnya di lapangan Tegar beriman. Disini saya membeli ikan di stand yang menjual ikan gurame. Wow !! saat itu saya senang sekali. Tepatnya jam 11 siang saat itu ketika saya membeli ikan gurame. Saya sangat senang sekali karena bisa membeli 12 ekor ikan gurame dengan ukuran super  sebesar telapak tangan, dengan harga Rp.50.000 Sebenarnya aslinya RP.70.000 sih, Cuma saya tawar,,, heehe

Namun, ternyata maksud hati memelihara gurame dikolam, terpaksa nasib gurame itu menjadi gurame goreng. Setibanya dirumah ikan gurame yang saya beli mati semua. Daripada mubazir, semua ikan gurame itu saya masak. Saat itu kecewa juga sih, karena tidak bisa membawa pulang ikan gurame dalam keadaan hidup. Dari kejadian ini saya mendapatkan pelajaran lagi yaitu jangan membeli ikan gurame ketika suhu atau cuaca sedang panas. Saat itu memang suhu panas sekali. Ditambah jarak yang cukup jauh membawa ikan gurame dari cibinong menuju rumah. Mungkin ikan-ikan itu tidak tahan dengan suhu panas selama diperjalanan menuju rumah. Dari kejadian ini saya menjadi tahu, sebaiknya membeli ikan ketika pagi atau ketika sore hari.

Masih penasaran ingin memelihara ikan gurame, saya membeli lagi ikan gurame. Kali ini saya membeli ikan gurame dari petani di desa. Karena ingin merasakan memelihara ikan gurame yang agak besar. Kira-kira yang ukurannya 300 – 500 gram per ekor. Dengan uang Rp.100.000, saya bisa mendapatkan 6 ekor ikan gurame. Alhamdulillah.. kalau beli dipasar belum tentu dapat dengan harga itu.

Ketika saya membeli ikan gurame itu, dirumah sedang ada orang tua, tiga dari enam ikan gurame yang saya beli tidak bisa bertahan juga. Mungkin karena stres selama diperjalanan. Tapi memang saya bermaksud untuk meggoreng sebagian ikan gurame itu untuk menjamu kedua orang tua saya. Yang penting mereka senang dan bisa makan nikmat dengan lauk ikan gurame.

Nah, dari pengalaman tersebut saya sempat merenung. Saya memang tidak tahu secara mendalam cara memelihara ikan, dan saya juga tidak tahu sifat atau karakteristik dari ikan yang saya pelihara seperti gurame, patin dan nila.Disini jadi termaotivasi juga untuk mencari tahu bagaimana cara memelihara ikan yang baik.

Dari pengalaman saya ini, saya ingin berbagi kepada sahabat pembaca sekaligus juga saya ingin untuk memanfaatkan pekarangannya dengan memelihara ikan, atau menanam sayuran. Sehingga rumah kita bisa menghasilkan pangan untuk kita konsumsi sehari-hari. Kelebihan dari memelihara dan menanam sendiri adalah, keamanan pangannya terjamin. Jadi kita bisa hidup lebih sehat.

5 Comments

  1. Asik mbak, bs piara ikan sendiri. Rmh sy udah g ada space buat kolam ikan... :(

    ReplyDelete
  2. Aku pelihara ikan koi, tapi karna salah penanganan ya mati juga, mba. Sekarang ingin sekali memelihara ikan tapi yang menghasilkan duit. Hehehe. Terima kasih sudah berbagi penngalaman, mba. Salam kenal

    ReplyDelete
    Replies
    1. koi harus di aie yng jernih .. dan termasuk ikan hias,, mahal... ga bisa dimakan... heheh...
      Iya,, salam kenal jg :)

      Delete