“Tidak disangka di Jakarta bisa menemukan tempat yang seperti ini”, itulah hal yang terbesit di hati. Maklum karena inilah pertama kalinya saya melihat secara langsung Hutan Mangrove dari dekat. Rasanya seperti bukan berada di Kota Jakarta. Karena bisa jadi gambaran sebagian besar orang  (termasuk saya) tentang Jakarta adalah kota yang penuh dengan gedung pencakar langit, jalanan yang mecet dengan kendaraan, dan kawasan yang padat dengan pertokoan, industri dan juga perumahan.  Tapi ternyata ada tempat yang berbeda yang bisa dinikmati untuk berwisata alam. Tempat itu adalah Hutan Mangrove, Taman Wisata Alam Angke, yang berada di Pantai Indah Kapuk , Jakarta Utara.




Berawal dari  melihat foto di Instagram milik seorang teman yang sedang selfi di Hutan Mangrove Taman Wisata Alam Angke. Membuat saya dan teman sekantor jadi tergiur untuk mengunjungi tempat itu. Nah, minggu pertama bulan januari lalu, saya bersama beberapa orang teman sekantor memutuskan untuk berpetualang menuju ke tempat tersebut. Ceritanya  sih kami ingin melakukan petualangan alam. Refreshing dari pekerjaan sehari-hari kami. Ingin  jauh dari hiruk pikuk padatnya kendaraan dijalan raya, ingin menghindari polusi udara yang menyesakan nafas, serta bisingnya suara yang memekakan telinga. Pokoknya ingin merasakan segarnya di alam terbuka , suasana hutan mangrove tanpa semua gangguan itu.

Kebetulan saya dan teman-teman belum pernah berkunjung ke Taman Wisata Alam Angke ini. Dengan bermodalkan informasi dari internet, kami berlima berpetualang menjadi “ Backpacker kelas Ekonomi”. Saya menyebut kelas ekonomi, karena kami memilih jalur termurah untuk bisa sampai ke tempat tujuan.  Kami tidak menggunakan kendaraan pribadi. Kami juga tidak menyewa kendaraan rental. Saat itu prinsip “Iritology”  alias berhemat kami terapkan , menggunakan transportasi massa untuk mengurangi kemacetan sekaligus mendukung program pemerintah DKI, menjadi pertimbangan  juga dalam petualangan alam kami kali ini.

Kami semua berasal dari Bogor. Perjalanan menuju Taman Wisata Alam Angke Kapuk,  yang ada di Jakarta Utara, kami tempuh dengan menggunakan KRL (Kereta)  , Bus TransJakarta dan BKTB( Bus Kota Terintegrasi Busway). Dari Bogor kami berangkat naik KRL pada pukul 7.45 wib. Kemudian turun di stasiun Djuanda tepat pukul 8.55. wib Ongkos yang kami keluarkan per orang menaiki KRL ini adalah Rp.5.000. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan dengan  menggunakan Bus  Transjakarta, transit  di harmoni, kemudian pindah menggunakan BKTB dengan tujuan Pantai Indah Kapuk. Ongkos naik bus ini juga cukup ekonomis, hanya Rp.3500, meskipun berganti bus. Jadi irit kan? Dan bebas macet pula. Pulang pergi Bogor-Jakarta hanya Rp. 17.000.

Kami turun di depan gedung Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia yang ada di Pantai Indah Kapuk karena lokasi Taman Wisata Alam Angke ini terletak di belakang yayasan tersebut.  Dari Stasiun Djuanda menuju ke kawasan Pantai Indah Kapuk ini  ditempuh dengan waktu kurang lebih 1 jam 30 menit . Ini adalah kali pertama saya berkunjung ke wilayah Pantai Indah Kapuk. Jadi jujur saja, pada saat melihat gedung Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia itu, saya sempat berkhayal dan merasakan sensasi bahwa saya berada di China. Berharap sih suatu saat bisa benar-benar berkunjung ke China. Seperti teman saya yang sedang berlibur kesana saat ini.


Yayasan Buddha Tzu Chi
Dari depan Gedung tadi, kami  bertanya kepada satpam yang ada di pinggir jalan, arah ke lokasi Taman Wisata Alam Angke. Kami berjalan kaki menuju  ke arah yang ditunjukan satpam tadi . Jarak tempuhnya  kurang lebih 1 km. Disepanjang jalan yang kami lalui, yang terlihat adalah bangunan-bangunan kokoh , bangunan mall dan apartemen yang sedang dibangun , ruko-ruko dan jalanan beton. Karena baru pertama kali datang kesana, sempat pesimis juga. Dalam hati malah sempat terbesit “Emang disini ada  Tempat Wisata Alam ? ... Emang ada Hutan Mangrove nya ditengah kota kayak gini... beton semua ? Mana panas pula”. Saya sempat mengeluh. Tapi setelah kurang lebih 30 menit berjalan, akhirnya kami menemukan gerbang pintu masuk Taman Wisata Alam Angke Kapuk. Akhirnya, sampai juga di tempat tujuan.

Untuk memasuki tempat wisata ini dikenakan tarif  tiket Rp.25.000 untuk dewasa, Rp.10.000 untuk anak-anak, dan untuk turis mancanegara dikenakan tarif tiket Rp.250.000. Bagi yang membawa kendaran pribadi seperti mobil dikenakan tarif tambahan Rp10.000, sedangkan untuk sepeda motor Rp.5.000. Sebagai informasi juga nih, ternyata di tempat wisata ini ada tiga larangan yang tertulis di papan informasi. Pertama, dilarang membawa kamera dalam bentuk apapun kedalam taman wisata alam tanpa seizin pihak taman wisata alam, kecuali handphone dan tab. Izin membawa kamera dikenakan biaya Rp.1.000.000. Wow mahal juga ya, untung saya cuma membawa handphone jadi masih bisa selfi bersama teman-teman. Larangan yang kedua adalah dilarang membawa makanan dan minuman dari luar kawasan. Dan yang ketiga adalah dilarang membawa binatang peliharaan. Jika kita melanggar, maka akan dikenakan sanksi berupa denda 2x lipat. Namun disini tidak jelas juga ya, dua kali lipat dari apa. Tapi yang pasti pengunjung harus  mematuhi untuk tidak melanggar aturan tersebut.

Setelah membeli tiket kami masuk kedalam kawasan taman wisata alam ini. Disini tiba-tiba ada biawak air lewat. Kaget juga sih, takut digigit, biawaknya lumayan besar. Eh.. teman saya malah mengajak untuk mengejar biawak itu untuk difoto. Tapi untunglah biawak itu sudah masuk kedalam rawa. Jadi saya tidak perlu memfoto teman berpose dengan biawak itu.


Mesjid
Didalam Taman Wisata Alam ini terdapat  sebuah mesjid yang terbuat dari kayu terletak di atas rawa. Untuk menuju kesana ada jembatan dari kayu juga.  Mesjid ini dikelilingi oleh tanaman mangrove. Dari kejauhan tampak indah dipandang mata. Namun karena belum memasuki waktu sholat, kami  memutuskan untuk melanjutkann perjalanan lebih mendalam lagi kedalam kawasan taman wisata ini.
Taman Wisata Alam Angke Kapuk  merupakan kawasan konservasi hutan mangrove. Luasnya kurang lebih sekitar 99,82 hektar. Kawasan ini merupakan ekosistem bagi satwa seperti burung, biawak, ikan, ular dan lain lain. Di tempat ini kami menjelajah beberapa titik. Mencari tempat  seperti yang kami lihat di Instagram teman kami.  Yaitu suasana hutan mangrove yang sejuk. Hutan mangrove yang rimbun.

Karena di Bogor kan tidak ada Hutan mangrove. Jadi kami mencari suasana yang berbeda, yaitu hutan yang alami yang bisa merefresh kami dari kejenuhan. Dan setelah beberapa saat berjalan kaki, kami pun menemukan tempat yang kami cari. Kami menemukan  akses jalan setapak yang disepanjang jalannya terdapat  pohon mangrove yang rimbun.


Jalan setapak didalam Hutan Mangrove

Oh iya, sebelumnya kami, khususnya saya pribadi belum pernah berkunjung kedalam kawasan hutan mangrove.  Jadi ketika berada disana saya merasa takjub juga bisa melihat dan menyentuh tanaman mangrove (norak ya saya, hehe). Tapi memang itulah yang  saya rasakan. Disana saya bisa memanjakan mata dengan memandang alam sekitar yang belum pernah saya liat secara ‘Live”. Bisa menghirup udara segar. Untuk dapat memperluas jarak pandang mata  di sekitar kawasan taman wisata ini, kita bisa naik ke menara pengamat burung dengan ketinggian 5 meter. Disini pandangan mata kita bisa melihat lebih luas lagi.

Disana ada dua menara pengamat burung. Yang satu terbuat dari besi dan yang lainnya terbuat dari kayu. Di menara pengamat burung yang terbuat dari besi, kapasitasnya adalah untuk dua orang. Jadi untuk bisa naik ke  atas menara ini harus bergiliran. Sedangkan untuk menara yang terbuat dari kayu bisa untuk empat orang. Awalnya saya merasa takut untuk naik keatas menara pengamatan burung ini. Tapi karena rasa penasaran ingin melihat pemadangan dari atas menara. Akhirnya saya memberanikan diri untuk naik. Sampailah saya di puncak menara. Dan memang pemandangan dari atas menara terlihat lebih mempesona. Anginnya pun terasa lebih segar. Disini juga bisa melihat  hamparan hutan mangrove dari atas terlihat rimbun dan hijau. Selain itu juga bisa melihat burung bangau putih yang sedang bercengkrama, bertengger dan berterbangan di  hutan mangrove ini.


Pemandangan dari atas menara pengamatan burung
Berpetualang di hutan mangrove yang ada didalam Taman Wisata Alam Angke ini bisa menjadi  sarana untuk edukasi juga. Sempat terfikir juga oleh saya, apakah pengunjung yang datang mengetahui fungsi dari hutan mangrove ini?. Nah, sebagian mungkin ada yang tahu, sebagian ada yang tidak.  Saya termasuk yang lupa (mengingat-ingat kembali fungsi dari hutan magrove).  Nah, ketika kami kesana, tidak ada guide, ataupun buku panduan yang menerangkan tentang itu. Sangat disayangkan sekali bukan?

Tapi setiap masalah pasti ada solusinya. Sementara sambil beristirahat sejenak di bawah naungan pohon mangrove, saya buka internet di Handhone. Hanya untuk mengingatkan kembali saja tentang fungsi hutan mangrove. Maklum dulu pernah belajar waktu duduk di bangku SMP atau SMA, tapi sekarang sudah lupa. Nah saya browsing di internet mencari tahu tentang fungsi hutan mengrove. Inilah yang saya temukan: Beberapa fungsi hutan mangrove antara lain secara fisik hutan mangrove dapat mencegah terjadinya abrasi pantai dan merendam gelombang dan angin laut serta sebagai perangkap sedimen (Pramudji,2004). Secara kimia hutan mangrove berperan dalam penyerapan bahan pencemar (polutan), sumber energi serta pensuplai bahan organik bagi lingkungan di sekitarnya (Pramudji, 2002). Sedangkan secara biologis hutan mangrove berfungsi sebagai daerah pemijahan (spawning ground), daerah asuhan (nursery ground) dan daerah pencarian makan (feeding ground) serta sebagai habitat bagi berbagai jenis organisme (Tomlinson, 1994; Supriharyono,2009).
Ada isitilah “sambil menyelam minum air”, menurut saya bisa tenggelam tuh. Sambil “menyelam menangkap ikan” itu yang menguntungkan. Sambil berpetualang di alam mendapatkan pengetahuan baru. Meskipun hanya sedikit, setidaknya pengetahuan bertambah. Akan lebih bagus lagi jika pengunjung bisa belajar dan mempraktekan bagaimana cara budidaya pohon mangrove, ataupun cara menanam dan melestarikannya. Hal itu akan  menjadi pengalaman yang berharga bagi pengunjung. Semoga kedepannya ada perbaikan fasilitas dan pelayanan dari pihak pengelola.



Kami menelusuri jalur setapak, kami sempatkan berfoto juga di beberapa titik yang bagus. Tapi, di beberapa titik  ada sampah berserakan. Saya heran, kenapa masih saja ada orang bodoh yang membuang sampah sembarangan. Padahal disana disediakan tempat sampah yang cukup. Ada papan berisi tulisan dilarang mebuang sampah sembarangan, tapi masih saja, tidak peduli dengan kebersihan. Disini harus ada edukasi yang rutin dari pihak taman Wisata, pengawasan juga, kalau perlu didenda saja jika ada orang yang membuang sampah senbarangan. Mereka bisa nya hanya mengotori lingkungan dan merusak pemandangan. Sebaiknya ditindak tegas saja bagi mereka yang suka membuang sampah sembarangan.

Mencintai lingkungan sangat penting untuk ditanamkan didalam diri setiap orang. Karena lingkungan memiliki peranan yang penting dalam kelangsungan hidup kita. Apalagi kalau kita sudah tahu akan pentingnya fungsi dari hutan mangrove ini. Hutan mangrove ini harus dilestarikan. Jika kita membaca di media massa, hutan mangrove di Indonesia ini sudah banyak yang rusak. Maka kita sebagai pengunjung janganlah menjadi perusak. Bukan hanya hutang mangrove saja, tetapi lingkungan yang lainnya juga.




Nah itulah petualangan alam saya beserta teman-teman ke Hutan Mangrove, Taman Wisata Alam Angke Kapuk yang ada di Pantai Indah Kapuk Jakarta Utara. Walaupun bukan ke Luar negeri, tapi sempat merasakan seperti berada di luar Negeri (mimpi kali ya).  Pengalaman yang cukup menyenangkan. Sebagai “Backpacker Ekonomis dengan Prinsip Iritology”hehe.  Sisi lain dari Hiruk Pikuk Kota Jakarta, ternyata  masih ada kawasan hijau yang menyejukan. 

1 Comments

  1. sayangnya panas banget, hampun dah gak mau balik lagi kesitu

    ReplyDelete