Karena Allah Maha Pemaaf, sayapun ingin bisa menjadi seorang yang pemaaf. Saya pasti tidak luput dari salah terhadap orang lain, jika saya berbuat salah kepada orang lain saya ingin bisa dimaafkan oleh orang lain tersebut. Begitu juga sebaliknya, jika ada orang lain berbuat salah terhadap saya, saya harus bisa memberi maaf tentunya dengan ikhlas karena Allah.



Bagi saya hidup di dunia ini adalah sebuah proses belajar. Setiap detik dari apa yang kita lakukan adalah proses dari hidup itu sendiri. Disebut belajar, karena sebagai manusia kita tidaklah sempurna. Sebagai manusia pasti akan melalui proses perubahan seiring dengan bergantinya waktu.  Baik secara fisik ataupun psikologis.

Hal-hal yang dapat membuat perubahan dalam hidup kita diantaranya adalah karena lingkungan , pengalaman hidup, berinteraksi dengan orang lain yang memiliki karakter yang berbeda, dan lain sebagainya.  Tinggal kita yang menentukan, apakah kita ingin berubah menjadi baik, buruk, lebih baik atau lebih buruk.

Sebelumnya saya adalah orang yang susah memaafkan terhadap orang yang berbuat salah kepada saya. Kadang timbul sakit hati, dendan dan rasanya ingin membalas seusi dengan perbuatannya itu. Dulu jika ada orang yang pelit, saya akan membalas pelit. jika ada orang yang menjelek-jelekan saya, saya akanbalas menjelek-jelekan mereka, jika ada saya butuh bantuan prang lain tapi tidak dibantu, saya akan membalas tidak akan membantu jika orang tersebut membutuhkan bantuan saya, Kasarnya "jika kamu mencubit saya, maka saya akan mencubit kamu"

Tapi hal tersebut saya lakukan jika saya benar-benar emosi. Bisa jadi itu adalah  zaman saya masih ababil (abg labil, haha). InsyaAllah sekarang dalam proses memperbaiki untuk belajar menjadi seorang yang pemaaf.

Harapan saya dalam hidup dan berinteraksi dengan sesama adalah sederhana. Saya ingin menjadi manusia yang lebih baik. Dengan sedikit-demi sedikit mengikis sifat jelek yang ada di diri. Saya tidak ingin disakiti ataupun menyakiti siapapun. Jadi ketika  tidak ingin disakiti oleh orang lain, maka janganlah menyakiti orang lain (Self Reminder). Dan memang hal itu sangatlah tidak mudah. Karena setiap manusia jika sudah bertekad ingin menjadi baik atau lebih baik, setan pasti tidak akan tinggal diam. Setan akan menyerang , menggoda kita untuk tetap tidak baik dengan segala cara nya yang jahat.

Tapi, untuk menjadi seorang yang pemaaf saya mengambil pelajaran dari kucing kesayangan saya. Pernah suatu ketika, saya sedang mengelus-ngelus kepala kucing, tiba-tiba kucing saya mencakar tangan saya hingga berdarah. Dan di kesempatan yang lain pernah ketika saya sedang memberi makan, tiba-tiba kucing ini mengigit saya. Saat itu spontan saya ingin memukul kucing saya. Tapi untunglah tidak saya lakukan.

Saya memaklumi sifat kucing yang mencakar dan mengigit. Kucing kan binatang bukan manusia, wajarlah dia ga mikir. Sudah dibaiki malah meyakiti. Jadi kenapa saya harus marah, kan kucing ga kan ngerti juga kalau kita marah.  Saya juga sempat berfikir jangan, jangan saya yang membuat kucing itu tidak nyaman atau tersakiti jadi dia mengigit dan mencakar saya.

Dari hal-hal sepele tersebut dengan kucing saya coba intropeksi diri. Saya dicakar dan digigit kucing, tapi saya masih bisa menahan diri untuk tidak marah bahkan memafkan kelakuan kucing tersebut. Lalu kenapa ketika disakiti manusia saya gampang sekali marah atau bahkan  sakit hati dan tidak mau memafkan kesalahan mereka selamanya??. Saya sadari manusia  derajatnya lebih tinggi dari kucing. Masa sama kucing , saya maafkan sedangkan manusia tidak.  

Dari kejadian ini saya intropeksi diri untuk bisa menjadi seorang yang pemaaf dan tidak pernah dendam atas apapun hal yang tidak menyenangkaan yang menimpa saya. Yang paling ampuh kadang memilih cuek dan tidak terlalu ambil pusing. Tapi kalau memang saya tidak tahan dan tetap merasakan marah, sakit hati atau tersinggung, yah saya beruaha untuk  tidak lama-lama marah atau sakit hatinya. Kan cape.. menguras energi lagi. (karena saya manusia dan bukan malaikat, hehe... masih dalam proses juga).

Saya harus belajar  untuk bisa mengendalikan hati agar tidak mudah marah dan  menjadi pendendam. Saya azzam kan dalam diri untuk bisa menjadi seorang pemaaf. Jika mulut memberi maaf namun hati masih belum iklas obat yang paling ampuh  adalah memperbanyak istighfar. Dengan berharap kepada Allah, untuk memberikan kesejukan dan keikhlasan untuk hati saya. Serta memiliki hati yang bersih, tentram dan selalu berprasangka baik. (aamiin)

Saya juga selalu memfokuskan fikiran pada satu titik, jika hati tidak enak karena marah terhadap seseorang Yaitu dengan selalu ingat bahwa “Doa orang yang tersakiti, peluang dikabulkan oleh Allah sangat besar”. Jadi saya selalu mengingatkan diri “Lebih baik mendoakan kebaikan untuk diri sendiri dari pada mendoakan kejelekan untuk orang lain yang sudah mendzolimi ”. Karena mendoakan kejelekan bagi orang lain, berarti kita mendoakan untuk diri sendiri kejelekan itu. Tapi akan lebih baik jika kita bisa mendoakan kebaikan bagi orag yang sudah mendzalimi kita. Itulah yang dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad S.a.w. Dan seperti tadi di awal yang utama adalah karena saya ingin dimaafkan oleh Allah swt.

Sampai saat ini, itulah 2 (dua) hal yang ampuh yang bisa membantu mengendalikan amarah untuk menjadi seorang yang pemaaf. Yaitu banyak-banyak beristighfar dan mendoakan kebaikan bagi diri sendiri. 

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda : Musa bin Imran a.s berkata "Wahai Tuhanku diantara hamba-hamba-Mu, siapakah orang yang paling mulia dalam pandangan-Mu? Allah Azza Wajalla menjawab ."Orang yang memafkan walaupun ia mampu membalas." (Hadits Riwayat Baihaqi)

".. Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang lain. Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan." (Q.S 3:134)

Semoga bermanfaat bagi siapa saja yang sedang belajar menata hati nya untuk menjadi seorang pemaaf, untuk menjadi baik dan lebih baik lagi, sehingga kita bisa Husnul Hotimah. Semoga Allah menjadikan kita semua manusia yang dimasukan kedalam golongan orang-orang yang dicintai-Nya. Aamiin..
   


Wallahu ‘alam.