Pada bulan februari 2017 yang lalu, saya mendapatkan tugas tambahan  sebagai Petugas Pertanian Kecamatan (PPK). Salah satu tugas dari PPK ini adalah mendata Luas Tambah Tanam (LTT) Padi. LTT Padi ini merupakan salah satu pandukung dari Program Swasembada Beras Pemerintah saat ini.

Untuk bisa mengetahui data LTT , maka saya harus mendata langsung ke lapangan, mencari dan melihat sawah yang ditanami padi.  Pada awalnya saya mendata sawah ke lapangan hampir setiap hari. Tetapi disini saya mengalami kendala yaitu susah memprediksi luasan sawah yang ditanami Padi.

Ketika mendata LTT Saya tidak menggunakan alat GPS, maklum karena saya tidak mempunyai alat tersebut.  Jadi untuk menentukan luas lahan, saya bertanya ke petani setempat. Namun terkadang, petani juga hanya bisa mengira-ngira. Terkadang malah ada yang tidak tahu. Dari sini saya merasa bahwa cara yang saya lakukan kurang efektif.

Supaya perkiraan luasan lahan tidak melenceng jauh, selain bertanya kepada petani, saya juga menggunakan cara dengan melihat peta di Google MAP yang ada di smartphone atau laptop secara online. Peta  dari Goggle Map di print, kemudian saya ukur  luasannya dengan menggunakan penggaris. Kemudian dikalikan  skala yang ada di Google MAP.

Dengan cara ini, saya rasakan masih kurang efektif juga, karena saya harus mengeprint peta yang memakan banyak kertas. Dan kadang jika kertasnya tercecer saya jadi kebingungan sendiri. Selain itu cara yang saya lakukan tersebut tidak bisa membedakan, apakah gambaran hamparan- hamparan warna hijau yang ada di Google MAP  ini mewakili sawah, ladang atau kebun. Jadi untuk lebih akurat saya masih harus memverifikasi ke lapangan untuk mengecek titik yang ada di Google map dan di lapangan.

Beberapa minggu yang lalu, saya mendapatkan informasi ketika berkunjung ke BIG (Badan Informasi Geospasial) yang ada di Cibinong. Ini pertama kali nya saya berkunjung ke Kantor BIG. Saya berkunjung kesana, karena kebetulan sedang menghadiri Ulang Tahun LIPI yang ke 50.

Sebelum berkunjung ke Kantor BIG, saya tidak pernah tahu apa tugas dari lembaga ini. Nah, setelah saya berkunjung ke BIG akhirnya saya mendapakan sedikit pencerahan tentang BIG. Badan Informasi Geospasial (BIG) bertugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang Informasi Geospasial (http://big.go.id/kedudukan-tugas-dan-fungsi/) . Kenapa Informasi Geospasial sangat penting?

Informasi Geospasial sangat penting untuk dibangun. Informasi Geospasial memiliki peran yang vital bagi suatu bangsa. Informasi ruang kebumian atau geospasial menjadi modal bagi suatu bangsa dalam menguasai wilayah kedaulatannya. Informasi Geospasial dapat menjadi salah satu kekuatan dalam menjaga keutuhan dan kesatuan wilayah.

Jika bangsa kita tidak memiliki Informasi Geospasial yang tangguh, maka bangsa ini akan mudah dijajah. Dan bisa jadi bagian wilayah yang menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia akan sangat mudah di kuasai atau diakui oleh pihak asing.

Sejak di bentuk secara resmi pada 27 Desember 2011 hingga tahun 2013, menurut Asep Karsidi (pensiunan Pimpinan BIG) “BIG telah meraih berbagai pencapaian program, baik aspek pembuatan kebijakan, pembuatan jaringan kontrol dan simpul jaringan dan penetapan standar, pembuatan peta dasar hingga skala besar, pembuatan portal yang menjaring lembaga terkait dan melaksanakan sosialisasi kelembagaan dan produk BIG ke berbagai kelembagaan pusat dan daerah. (sumber: MGI Edisi 3 Sept 2014, hal 8).

Salah satunya pada Tanggal 17 Oktober 2011, Badan Informasi Geospasial (BIG) secara resmi meluncurkan Portal Geospasial Indonesia yang bernama Ina-Geoportal. Ina-Geoportal dibangun dengan partisipasi berbagai kementrian, lembaga, serta pemerintahan daerah di Indonesia, sebagai bukti apresiasi terhadap kebutuhan data geospasial di tanah air Indonesia. Portal ini merupakan gerbang utama akses Informasi Geospasial yang menghubungkan berbagai kementrian, Lembaga, Provinsi dan Daerah yang menjadi mitra penghubung simpul Jaringan Informasi Geospasial Nasional (IGN).

Salah satu layanan yang membantu pekerjaan saya di Portal Ina-Geospasial (http://tanahair.indonesia.go.id/portal) ini adalah SIMOTANDI yaitu Sistem Informasi Monitoring Pertanaman Padi. Melalui layanan aplikasi ini, saya bisa mengetahui Prakiraan Curah Hujan , Batas Administrasi, Padi Landsat 8 dan Sawah.




Keunggulan lain dari SIMOTANDI dibandingkan dengan Google Map,  khususnya untuk komoditas padi, di SIMOTANDI ini terdapat informasi pemetaan yang jelas yang berisi keterangan mulai dari Bera hingga Panen. Selain itu juga  melalui SIMOTANDI ini, saya bisa mengukur luasan, jarak dan titik koordinat suatu wilayah.

Saya merasakan bahwa menggunakan SIMOTANDI lebih efektif jika dibandingkan dengan Google MAP dalam melaksanakan tugas saya sehari-hari dalam rangka mendata LTT Padi. Jadi saya tidak perlu repot-repot mengeprint, atau bahkan mengeluarkan penggaris dan kalkulator untuk mengukur luasan dan jarak. Karena SIMOTANDI ini juga, saya bisa menghemat waktu dan tenaga.

Namun, dalam penggunaan SiMOTANDI ini, selain memiliki keunggulan, dalam penggunaannya masih terdapat sedikit kekurangan. Sebagai Contoh adalah gambar lokasi rumah saya dibawah ini. Saat ini lokasi ini adalah lokasi perumahan. Namun ketika saya ingin mengetahui lokasi areal sawah , lokasi perumahan yang saya tinggali saat ini masih dianggap sebagai areal sawah . Jadi SIMOTANDI sifatnya masih belum real time, alangkah lebih baik jika SIMOTANDI ini diupdate secara berkala.


Meskipun demikian, menggunakan SIMOTANDI membuat salah satu pekerjaan saya jadi lebih efektif dibandingkan sebelumnya. Semoga kedepannya aplikasi ini bisa lebih baik lagi. Sehingga bisa memudahkan pekerjaan siapa saja, khususnya bagi orang-orang yang sangat membutuhkan informasi yang berhubungan dengan pertanaman padi.